Ternyata Makanan Manis Memicu Perasaan Tak Bahagia


Ternyata Makanan Manis Memicu Perasaan Tak Bahagia - Makanan manis seperti permen, cookies, cokelat, ice cream, susu cokelat, dan sebagainya tentu merupakan jenis penganan yang disukai anak kecil. Dan bukan hal baru jika beragam makanan manis itu paling sering memicu obesitas.

Makanan-makanan itu merupakan cara yang cepat dan mudah untuk mengakhiri amarah anak dan memberikan kedamaian dalam kondisi tersebut. Tapi, menyuap anak dengan makanan manis bisa menumpuk timbunan lemak yang banyak dalam jangka panjang.

Penelitian menunjukkan, bahwa pria dan wanita yang memberi makanan manis untuk membuat anak-anaknya diam jauh lebih mungkin untuk berjuang dengan berat badan mereka saat dewasa. Demikian rilisan tips info terbaru yang didapat Media Terbaru.

Sekira 40 persen mereka lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan, tetapi mereka juga mengalami risiko rendah diri yang lebih besar, dan menggunakan makanan sebagai jalan keluar ketika keadaan menjadi sulit.


Jajak pendapat menyebutkan, hampir 2.200 orang Inggris juga mengungkapkan bahwa mereka dibungkam dengan makanan ketika masa mudanya, hampir empat kali lebih mungkin mengalami kelebihan berat badan sejak kecil.

Sebagai orang dewasa, mereka lebih sering dan lebih mungkin untuk menempuh langkah-langkah penurunan berat badan yang ekstrem seperti membeli pil pelangsing melalui internet, mengalami kelaparan sendiri, dan berusaha membuat diri mereka sakit untuk menurunkan berat badan.

Sebanyak 19 persen dari mereka yang disuap dengan makanan mengaku selalu merasa tidak bahagia dengan berat badan di masa dewasa mereka, dibandingkan dengan 10 persen yang lain (ternyata makanan manis memicu perasaan tak bahagia)

James Stubbs, seorang dokter obesitas di Slimming World, yang menugaskan survei tersebut mengatakan, "Sesekali memberikan makanan manis tidak akan menyebabkan masalah bagi anak-anak di masa depan, bahkan jika mereka tidak terlalu sehat. Justru ketika orangtua berulang kali menggunakan makanan berkalori tinggi sebagai cara cepat untuk memenuhi tuntutan anak-anak ketika mereka sedang marah atau untuk menenangkan diri mereka ketika nakal, mereka mulai menyimpan masalah di masa depan."

"Dalam hal ini, orangtua tanpa disadari dapat membuat asosiasi dalam pikiran anak-anak mereka yang menggunakan makanan berkalori tinggi sebagai cara untuk membuat mereka merasa lebih baik saat dewasa, di mana mereka jadi lebih tenang," sambungnya.

"Sebagai orang dewasa, ketika kita merasa down, stres atau kesepian, kita mencari kenyamanan di mana kita bisa. Bagi mereka yang telah belajar untuk melihat makanan energi tinggi sebagai cara untuk menenangkan suasana hati, ketersediaan makanan tersebut dapat menjadi sumber pelipur lara," imbuhnya.

Kabar buruk lainnya, dengan makanan yang diberikan membuat anak-anak sulit untuk mengatur berat badan mereka sendiri. Mereka juga lebih mungkin untuk mengalami obesitas yang ada dalam genetiknya dan tinggal dalam hubungan tidak bahagia karena mereka khawatir bahwa tidak ada orang lain yang menginginkan mereka.

Sekitar 15 persen dari mereka mempertanyakan ingat disuap dengan makanan saat anak-anak, 71 persen mengatakan mereka tidak menginginkannya, dan sisanya tidak tahu.

Tam Fry, ketua kehormatan dari Yayasan Pertumbuhan Anak dan penasihat Slimming World mengatakan, "Anda dapat memiliki cokelat pada akhir pekan sebagai hadiah, tetapi Anda tidak dapat memiliki cokelat hanya karena telah berhenti mengganggu ibu. Itu sangat mendasar." Baca juga berita terbaru dan unik seputar ritual pernikahan paling aneh

0 komentar:

Posting Komentar

 
Sitemap | Disclaimer | Privacy Policy | Contact Us
Copyright © 2013. Media Terbaru - All Rights Reserved
In Collaboration With Edit Text | Edit Text | Edit Text
Proudly powered by Blogger